Organisme bioluminisensi mampu memancarkan cahaya sendiri karena disebabkan oleh enzim luciferase yang mengkatalis senyawa luciferin. Reaksi kimia pada bioluminisensi melibatkan tiga komponen utama, yakni luciferin (substrat), lucifcerase (enzim) dan molekul oksigen. Luciferin merupakan substrat yang melawan suhu panas dan menghasilkan cahaya dan luciferase merupakan sebuah enzim yang mengkatalis dan oksigen sebagai bahan bakar.
Dari reaksi tersebut luciferase mengalami eksitasi dan kembali ke keadaan dasar sambil memancarkan cahaya. Keadaan ini merupakan proses fisika yang terjadi dalam organisme yang melibatkan transport elektron dimana elektron pindah dari keadaan dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi dan kemudian kembali kekeadaan dasar yang disertai pancaran cahaya. Pancaran cahaya yang dihasilkan oleh organisme bioluminisensi ini merupakan energi dingin, karena hampir 90% energi yang dihasilkan dari reaksi luminisensi diubah menjadi energi cahaya.
Bioluminisensi dari kunang-kunang banyak dimanfaatkan dalam teknologi , salah satunya dibidang elektronik seperti: OLED (Organic Light–Emitting Device) yang telah didesain dan digunakan untuk meningkatkan kualitas gambar. Aplikasi lain sebagai biosensor seperti memonitor radiasi pada tubuh manusia. Pada bidang medis, luciferin dan luciferase pada kunang-kunang digunakan untuk membedakan sel yang normal dengan sel yang terkena kanker. Fenomena bioluminisensi ini sangat menarik, karena setiap organisme tersebut memancarkan cahaya dengan warna yang beraneka ragam.