Assalamualaikum pembaca semuanya, sebelumnya kita telah membahas menenai Pendekatan Proses dan Pendekatan Keterampilan Proses. Pada postingan kali ini kita akan membahas mengenai Pengertian Scientific Literacy, Perkembangan, Komponen, Aspek serta Karakteristiknya. Ini merupakan judul makalah tugas pengembangan evaluasi pembelajaran fisika untuk S2. Jika pembaca tertarik atau membutuhkan makalah lengkapnya silakan minta lewat kolom kementar atau langsung ke FB penulis. Semoga bermanfaat
A. Beberapa pengertian Sientific Literacy menurut para ahli :
- Secara harfiah literasi berasal dari Literacy (Inggris) yang berarti melek huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf. Kata sains berasal dari Science (Inggris) yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi science literacy adalah ilmu pengetahuan yang merupakan gerakan pemberantasan buta huruf.
- PISA (Programme for International Student Assesment) mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi pada alam sebagai akibat manusia (Witte, 2003)
- Literasi sains atau scientific literacy didefinisikan PISA sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam.
- Menurut Hurt, science literacy berarti tindakan memahami sains dan mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat.
- Literasi sains merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan ilmiah dan prosesnya, tetapi ia tidak sekadar memahami alam semesta, tetapi juga ikut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan menggunakannya (OECD, 1999).
- Literasi sains juga merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains dalam upaya memecahkan masalah (NRC, 1996), kemampuan untuk berfikir secara ilmiah (De Boer, 2000), kemampuan untuk berfikir kritis tentang sains untuk berurusan dengan keahlian sains (Shamos, 1995; Korpan, et al., 1997)
- Literasi sains menurut National Science Education Standards (1995) adalah Scientific literacy is knowledge and understanding of scientific concepts and processes required for personal decision making, participation in civic and cultural affairs, and economic productivity. It also includes specific types of abilities.
- Literasi IPA (scientific literacy) didefenisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi karena aktivitas manusia (OECD, 2003).
- Menurut AAAS (American Association for the Advancement of Science), asesmen literasi adalah sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam.
- Menurut Widyawatiningtyas, Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis, atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa literasi sains adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains dalam memecahkan masalah, tidak hanya sekedar memahami s ja tetapi juga ikut serta dalam pengambilan keputusan.Tentu saja kemampuan ini dapat dimiliki jika berusaha untuk mempelajari semua ilmu pengetahuan. Literasi sains kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti bukti dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang terjadi pada alam sebagai akibat manusi
Pada tahun 1997, Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) memunculkan Programme for International Student Assesment (PISA). PISA bertujuan untuk memonitor hasil dari sistem pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian belajar siswa yang berusia 15 tahun. Disamping itu PISA didesain untuk membantu pemerintah tidak hanya memahami tetapi juga meningkatkan efektifitas sistem pendidikan. PISA mengumpulkan informasi yang reliabel setiap tiga tahun. Temuan-temuan PISA digunakan antara lain untuk: (a) membandingkan literasi membaca, matematika dan sains siswa-siswa suatu negara dengan negara peserta lain; dan (b) memahami kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan masing-masing negara (Thomson & De Bortoli dalam Ekohariadi, 2009)
Pada tahun 2000, Indonesia ikut-serta dalam penelitian PISA (Programme for International Student Assessment), suatu studi internasional yang diikuti oleh 42 negara di bawah koordinasi Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang diharapkan akan menjadi survey yang bersifat reguler dan berkesinambungan
Kemampuan literasi sains yang lemah merupakan salah satu temuan hasil studi komperatif yang dilakukan PISA tahun 2000, ini terungkap dari nilai rerata tes literasi sains anak Indonesia adalah 393, yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-38 dari 41 negara peserta PISA. Hasil PISA bidang literasi sains anak Indonesia yang dianalisis Tim Literasi sains Puspendik tahun 2004 terungkap :
- Komposisi jawaban siswa mengindikasikan lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dasar sains yang sebetulnya telah diajarkan, sehingga mereka tidak mampu mengaplikasikannya untuk menginterpretasi data, menerangkan hubungan kausal, serta memecahkan masalah sederhana sekalipun
- Lemahnya kemampuan siswa dalam membaca dan menafsirkan data dalam bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk penyajian lainnya
- Adanya keterbatasan kemampuan siswa mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan
- Ketelitian siswa membaca masih rendah, siswa tidak terbiasa menghubungkan informasi-informasi dalam teks untuk dapat menjawab soal
- Kemampuan nalar ilmiah masih rendah
- Lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dasar sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan kesehatan (Mahyuddin, 2007).
Hasil studi PISA berupa informasi tentang profil pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi siswa di Indonesia di antara bangsa-bangsa di dunia dapat dimanfaatkan sebagai bandingan dalam perumusan kebijakan dalam peningkatan mutu pendidikan dasar kita, khususnya dalam menentukan ambang batas bawah (tresh-hold) dan batas ambang ideal (benchmark) kemampuan dasar membaca, matematika, dan sains di akhir usia wajib belajar. Selain itu, dari studi PISA ini dapat diperoleh sekumpulan indikator kontekstual tentang demografi siswa, sekolah, dan variabel lainnya yang mempengaruhi pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi siswa.
PISA bertujuan meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific literacy). Penelitian yang dilakukan PISA meliputi tiga periode, yaitu tahun 2000, 2003, dan 2006. Pada tahun 2000 penelitian PISA difokuskan kepada kemampuan membaca, sementara dua aspek lainnya menjadi pendamping. Pada tahun 2003 aspek matematika akan menjadi fokus utama kemudian diteruskan aspek sains pada tahun 2006. Melalui program tiga tahunan ini diharapkan kita dapat memperoleh informasi berkesinambungan tentang prestasi belajar siswa sebagai upaya untuk mengetahui tingkat kualitas pendidikan dasar Indonesia di dalam lingkup internasional
PISA yang bersiklus tiga tahun sekali dengan penekanan pada literasi tertentu berlangsung bersamaan dengan TIMSS yang berlangsung empat tahun sekali. Cakupan konten dalam PISA tidak terkait langsung dengan konten kurikulum, tetapi dilaporkan ada kecenderungan kedekatan hasil literasi membaca dengan hasil literasi sains. TIMSS yang mengukur perolehan atau pencapaian hasil belajar IPA dan matematika terkait kurikulum, dan sekaligus mendeteksi efektivitas sistem pendidikan yang terkait dengan pembelajaran sains dan matematika dalam rentang empat tahun berjalan. Hasilnya memprihatinkan karena kedua hasil studi tersebut kurang positif menggambarkan pencapaian hasil belajar yang terkait kurikulum maupun yang menunjukkan literasi warganegara usia wajib belajar.
Dalam hubungan dengan kebutuhan untuk bukti-bukti yang dapat dibandingkan secara lintas negara terhadap kinerja siswa, the Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) meluncurkan suatu program yang dikenal dengan nama PISA singkatan dari the Programme for International Student Assessment pada tahun 1997. PISA mewakili suatu komitmen pemerintah untuk memantau hasil-hasil jangka panjang sistem pendidikan (outcomes of educational system) dalam kaitan dengan pencapaian siswa kerangka yang regular dan dalam suatu kerangka umum yang dapat diterima secara internasional
Pelaksanaan studi PISA dilakukan oleh suatu konsorsium internasional yang diketuai oleh Australian Council for Educational Research (ACER) dan terdiri atas lembaga testing yang terkenal di dunia yaitu The Netherlands National Institute for Educational Measurement (CITO) Belanda, Educational Testing Service (ETS) Amerika Serikat, Westat Amerika Serikat, dan National Institute for Educational Research (NIER) Jepang. PISA diikuti oleh 42 negara, mulai dari negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol, Swedia, dan Swiss, sampai pada negara berkembang seperti Brasil, China, Cile, Meksiko, dan Indonesia
PISA bertujuan meneliti secara berkala tentang kemampuan siswa usia 15 tahun dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy), dan sains (scientific literacy). Aspek membaca bertujuan untuk untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami bacaan (understanding), menggunakan (using) dan mengidentifikasi (identifying) informasi yang ada di dalam bacaan, dan merefleksi serta mengevaluasi bacaan (reflecting on written text)
Aspek matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan siswa dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Aspek sains bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah dalam rangka memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta menggunakan pengetahuannya untuk memahami berbagai fenomena alam dan perubahan yang terjadi pada lingkungan kehidupan
Sementara itu, untuk mendukung data dari ketiga aspek tersebut, PISA juga menggali informasi tentang latar belakang siswa, yaitu demografi siswa, latar belakang status sosial dan ekonomi, harapan dan keinginan siswa di masa yang akan datang, serta motivasi dan disiplin siswa. Data kemudian dilengkapi dengan latar belakang sekolah untuk menggali informasi tentang aspek demografi sekolah, organisasi sekolah, keadaan guru dan karyawannya (staffing patterns) serta prasarana pembelajaran (instructional practices) dan iklim pembelajaran.
1. Literasi pada PISA 2000
Asesmen PISA pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000. Dengan fokus terhadap literasi membaca (reading literacy), PISA 2000 menunjukkan perbedaan yang luas di negara-negara yang sukses dalam memfasilitasi para siswanya untuk mengakses, mengelola, mengintegra-sikan, mengevaluasi dan merefleksikan informasi tertulis agar dapat mengembangkan potensi mereka dan memperluas wawasan mereka selanjutnya. PISA 2000 juga menggaris bawahi variasi yang signifikan kinerja sekolah-sekolah dan mengusulkan kepedulian tentang kesamaan (equity) dalam distribusi kesempatan
2. Literasi pada PISA 2003
Hasil-hasil pertama asesmen PISA 2003 yang fokusnya pada matematika menunjukkan bahwa rata-rata kinerja kelompok 25 negara OECD mengalami peningkatan perolehan pada satu atau dua area konten matematika setelah diadakan asesmen tahun 2000 dan 2003. Literasi membaca dan literasi sains pun tampaknya mengalami perolehan yang relatif lebih lebar pada learning outcomes negara-negara yang para siswanya termotivasi untuk belajar, percaya diri pada kemampuan mereka sendiri dan strategi belajar mereka. Lebih jauh dilaporkan variasi hasil menurut gender dan latar belakang status sosial ekonomi (SES) kelompok negara-negara. Terlebih lebih penting adalah studi tersebut melaporkan hal yang menggembirakan dari negara-negara yang berhasil mencapai standar kinerja yang tinggi sementara pada saat yang bersamaan menyediakan suatu distribusi kesempatan belajar yang sama. Hasil capaian negara-negara tersebut menjadi tantangan bagi negara-negara lainnya untuk memperlihatkan apa yang mungkin untuk dicapai
C. Komponen dan aspek aspek dalam Scientific Literacy
Dalam PISA dkembangkan tiga dimensi literasi sains, yaitu :
1. Konsep Ilmiah (Scientific Literacy)
Sampel konteks sains yang terkait erat pada tema-tema utama berikut :
- Struktur dann sifat materi
- Perubahan atmosfer
- Perubahan fisis dan perubahan kimia
- Transformasi energi
- Gaya dan gerak
- Bentuk dan fungsi
- Biologi manusia
- Perubahan fisiologis
- Keragaman makhluk hidup (biodiversitas)
- Pengendalian genetik
- Ekosistem
- Bumi dan tempatnya di alam semesta
- Perbahan geologis
Komponen proses sains dalam penilaian :
- Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah, seperti mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains
- Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses ini melibatkan identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti itu
- Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini melibatkan kemampuan menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau seharusnya mendasari kesimpulan itu
- Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan secara tepat kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia.
- Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni kemampuan menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa yang telah dipelajarinya.
Pisa membagi bidang aplikasi sains k daam tiga kelompok berikut :
- Kehidupan dan kesehatan
- Bumi dan lingkungan
- Teknologi
Tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya yang terdapat dalam publikasi OECD, 2006, Assessing Scientific, Reading and Mathematical Literacy: A Framework for PISA 2006 adalah
1. Aspek Konten
Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Dalam menentukan kontens sains PISA menetapkan kriteria sebagai berikut :
- Relevan dengan situasi kehidupan nyata
- Merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang
- Sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun
Tabel. Kontens Sains Pada Sistem Fisik Dalam PISA
Kontens sains
|
Cakupan pengetahuan
|
Sistem fisik
|
·
Struktur dan
sifat materi (antara lain hantaran panas dan listrik)
·
Perubahan fisik
materi (antara lain perubahan wujud)
·
Perubahan kimia
materi (antara lain reaksi kimia)
·
Gerak dan gaya
(antara lain kecepatan dan gesekan)
·
Energi dan
transformasinya (antara lain perubahan
bentuk energi dan kekekalan energi)
·
Interaksi energi
dan materi (antara lain optik, gelombang
cahaya, gelombang radio, dan gelombang bunyi)
|
Pengetahuan yang dipilih dapat diambil dari bidang-bidang studi biologi, fisika, kimia, serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa. Cakupan pengetahuan dalam Tabel diatas adalah cakupan pengetahuan yang diambil dalam mata pelajaran fisika
2. Aspek Proses
Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak di jawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang tersedia.
Tabel . Aspek Proses Sains Dalam PISA
Kompetensi
sains
|
Cakupan kompetensi kompetensi
|
Menjelaskan fenomena secara ilmiah
|
·
Mengaplikasikan
pengetahuan sains atau pengetahuan tentang sains yang tepat pada situasi
tertentu.
·
Mendeskripsikan
atau menginterpretasi fenomena secara ilmiah dan memprediksi perubahannya.
·
Mengidentifikasi
deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang memadai
|
Mengidenti-fikasi isu masalah sains
|
·
Mengenal dan
mengkomunikasikan pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah
·
Mengenal
pertanyaan penelitian atau memberikan pertanyaan yang dapat di selidiki
secara ilmiah
·
Mengidentifikasikan
atau mengenal fakta yang dibutuhkan pada penelitian ilmiah
|
Mengguna-kan bukti ilmiah
|
·
Menafsirkan
bukti ilmiah dan menarik kesimpulan
·
Mendeskripsikan
asumsi, fakta, dan alasan dibalik kesimpulan yang telah dibuat.
·
Memberikan
alasan yang mendukung atau melawan kesimpulan yang terkait dengan data yang
disediakan.
·
Menarik fakta
dan kesimpulan melalui kalimat, diagram, grafik yang mereka buat sendiri.
|
Namun dalam perkembangan terakhir, PISA memilih istilah “kompetensi sains” sebagai pengganti proses sains. Pada tabel diatas aspek kompetensi sains terdiri atas tiga domain kompetensi yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengidentifikasi isu masalah sains, dan menggunakan bukti ilmiah.
3. Aspek Konteks
Aspek konteks merujuk pada situasi dalam kehidupan sehari- hari yang menjadi lahan aplikasi proses dan pemahaman konsep sains. Dalam memilih konteks, pikiran dasarnya adalah PISA bertujuan menilai pemahaman dan kemampuan dalam sains, serta sikap-sikap yang harus dimiliki peserta didik pada akhir masa wajib belajar. Situasi nyata yang menjadi konteks aplikasi sains tidak semata- mata secara khusus diangkat dari materi pelajaran di sekolah, melainkan dari kehidupan sehari- hari. Masalah dan isu sains yang tercakup dalam table konteks aplikasi sains berukut dapat terkait pada anak sebagai individu, bagian dari masyarakat, dan bagian dari warga dunia.
Tabel. Konteks Sains Dalam PISA
Konteks
sains
|
Cakupan
tema sains
|
Personal
|
· Kesehatan (antara lain pemeliharaan kesehatan, kecelakaan, dan
nutrisi)
· Sumber daya alam (antara lain konsumsi pribadi terhadap materi dan
energi)
· Lingkungan (antara lain perilaku ramah lingkungan, penggunaan dan
pembuangan barang-barang)
· Resiko (antara lain resiko yang disebabkan oleh alam dan manusia,
keputusan mengenai perumahan)
· Perkembangan mutakhir sains dan teknologi (antara lain ketertarikan
pada penjelasan ilmiah terhadap fenomena alam, hobi yang terkait dengan
sains)
|
Sosial
|
· Kesehatan (antara lain pengontrolan penyakit, penyebaran penyakit,
pemilihan makanan, kesehatan komunitas)
· Sumber daya alam (antara lain pemeliharaan populasi manusia, kualitas
kehidupan, produksi dan distribusi makanan, suplay makanan)
· Lingkungan (antara lain penyebaran populasi, pembuangan limbah,
pengaruh lingkungan, cuaca local)
· Resiko (antara lain gempa bumi, erosi, sedimentasi, penaksiran resiko)
· Perkembangan mutakhir sains dan teknologi (antara lain barang barang
baru, rekayasa genetik, senjata, dan transportasi)
|
Global
|
· Kesehatan (antara lain wabah, penyebaran infeksi penyakit)
· Sumber daya alam (antara lain sumber daya alam yang dapat diperbaharui
dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, sistem alam, dan
pertumbuhan populasi)
· Lingkungan (antara lain biodiversitas, pemeliharaan ekologi,
pengontrolan polusi, dan pembentukan tanah)
· Resiko (antara lain perubahan iklim, pengaruh perang modern)
· Perkembangan mutakhir sains dan teknologi (antara lain kepunahan
spesies, eksplorasi luar angkasa, dan
struktur alam semesta)
|
Aspek konteks yang digunakan untuk soal-soal dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan minat dan kehidupan peserta didik. Butir-butir soal dikembangkan dan dipilih dengan memperhatikan faktor keragaman budaya dan bahasa di negara-negara partisipan PISA. Mulai pada tahun 2009 PISA dalam pengukuran literasi sains menambahkan aspek keempat dalam pengukurannya, yaitu aspek sikap sains.
4. Aspek sikap
Penilaian sikap sains dalam PISA 2015 menyangkut tiga ranah yaitu minat pada sains dan teknologi, kepedulian terhadap lingkungan, dan menggunakan pendekatan sains dalam berpendapat. Tiga ranah ini dipilih karena mengandung sikap sains yang positif, perhatian pada lingkungan dan keberlangsungan kehidupan, memiliki nilai sains dalam tindakan yang akan diambilnya, yang secara langsung menunjukkan literasi sains seseorang. Dengan demikian sikap sains seseorang perlu dinilai. Aspek sikap sains dalam penilaian literasi sains oleh PISA 2015 disampaikan dalam Tabel.
Tabel . Sikap sains dalam PISA
Sikap sains
|
Indikator sikap sains
|
Memiliki minat dalam sains
|
-
Keingintahuan
pada sains dan issue- issue yang berhubungan dengan sains
-
Kesediaan untuk
menambah pengetahuan dan ketrampilan sains dengan menggunakan beragam sumber
dan cara
-
Melangsungkan
minat dalam sains, meliputi perhatian pada karir yang berhubungan dengan
sains.
|
Menggunakan pendekatan sains dalam
berpendapat
|
-
Menggunakan
fakta- fakta berdasarkan pemaparan yang dapat dipercaya
-
Menggunakan
pendekatan sains dalam bertanya dan memberikan jawaban sementara.
-
Memiliki nilai
kritis sehingga jelas dan sahih.
|
Kepedulian pada lingkungan
|
-
Memperhatikan
lingkungan dan keberlangsungan kehidupan
-
Melaksanakan dan
mengajak pada tindakan yang menjaga lingkungan
|
Selanjutnya aspek konten, aspek kompetensi, aspek konteks, dan aspek sikap digunakan dalam penilaian literasi sains. PISA mengambil asesmen esai sebanyak 34% dalam penilaian literasi sains. Hal tersebut menunjukkan pentingnya asesmen esai untuk menilai aspek literasi sains seseorang.
D. Karakteristik Scientific Literacy
1. Kemampuan Dasar yang Diukur
Kemampuan yang diukur dalam PISA adalah kemampuan pengetahuan danketerampilan dalam tiga domain kognitif, yaitu membaca, matematika, dan ilmupengetahuan alam. Untuk memperoleh data yang dimaksud, disusun dua kategori bentuk soal, yaitu bentuk soal pilihan ganda yang memungkinkan siswa memilihsalah satu jawaban yang paling benar dari beberapa alternatif jawaban yang diberikan (sebanyak 44.7% dari keseluruhan soal) dan bentuk soal uraian (constructed response) yang menuntut siswa untuk dapat menjawab dalam bentuktulisan atau uraian (sisanya atau 55.3%).Kemampuan yang diukur itu berjenjang dari tingkat kesulitan yang paling rendah kepada tingkat yang lebih sulit. Soal-soal yang harus dijawab pada bentukpilihan ganda dimulai dari memilih salah satu jawaban alternatif yang sederhana,seperti menjawab ya/tidak, sampai kepada jawaban alternatif yang agak kompleks,seperti merespons beberapa pilihan yang disajikan. Pada soal-soal yang memerlukan jawaban uraian, siswa diminta untuk menjawab dengan jawaban yangsingkat dalam bentuk kata atau frase, kemudian jawaban agak panjang dalambentuk uraian yang dibatasi jumlah kalimatnya, dan jawaban dalam bentuk uraianyang terbuka
2. Sampel dan Variabel
Sebanyak 290 sekolah di Indonesia telah dijadikan sampel untuk studi ini,dengan jumlah siswa dalam sampel ini sebanyak 7.355 siswa dari keseluruhan siswa yang berusia 15 tahun dan berada dalam sistem pendidikan. Sekolah tersebut dipilih berdasarkan status sekolah dan jenis sekolah, yang mencakup SLTP (38%),MTs (27.6%), SMU (15.9%), MA (8.5%), dan SMK (9.7%).Data yang dikumpulkan dalam PISA ini terdiri atas tiga kategori data, yaitu literasi siswa, latar belakang siswa, dan latar belakang sekolah. Aspek literasi adalah aspek utama dari data yang dikumpulkan yang terdiri atas pengetahuan dan keterampilan dalam membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan alam.
3. Desain Tes Literasi Membaca
Soal-soal PISA yang didesain untuk mengukur literasi membaca dapat dibag imenjadi tiga aspek utama, yaitu aspek struktur dan jenis wacana, aspek prosesmembaca, dan aspek konteks pemanfaatan pengetahuan dan keterampilan membaca.
4. Struktur dan Jenis Wacana
Struktur dan jenis wacana di dalam PISA dibagi menjadi dua jenis yaitustruktur wacana berkelanjutan (continuous texts) dan wacana tak-berkelanjutan (non-continuous texts). Seperti telah dijelaskan di atas, wacana berkelanjutanadalah jenis wacana yang terdiri atas rangkaian kalimat yang diatur dalam paragraf dalam bentuk deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi atau injungsi; sementara wacana tak-berkelanjutan adalah wacana yang dirancang dalam format matrik, termasuk di dalamnya pengumuman, grafik, gambar, peta, skema, tabel, dan anekabentuk penyampaian informasi.